Di bulan Ramadhan, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Nilai tukar rupiah bahkan berada di posisi terlemah selama 31 bulan terakhir, yakni mencapai Rp 14.100 per US$ 1. Akibat melemahnya nilai tukar rupiah, beban hidup masyarakat dalam menyambut Ramadhan dan Lebaran pun semakin berat, sebab melemahnya nilai tukar berdampak langsung terhadap naiknya harga kebutuhan pokok yang sumbernya berasal dari luar negeri.
Chairman CISFED, Farouk Abdullah Alwyni, mengingatkan bahwa kian lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak bisa dibiarkan oleh pemerintah. Gejolak keamanan dalam negeri serta banyaknya isu politik di seputar pemerintahan memberikan kontribusi signifikan terhadap melemahnya nilai tukar rupiah.
Bagi Chairman CISFED, dalam kondisi ini masyarakat yang terkena dampaknya. Kalau disarankan bagi masyarakat untuk membeli dolar, akibatnya rupiah akan semakin jatuh. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah spending terhadap hal-hal yang sifatnya essential. Masyarakat juga disarankan untuk meningkatkan kesadaran membeli barang dengan nilai konten domestik yang tinggi, kalau bisa produk buatan Indonesia. Sering terlihat produk-produk tekstil buatan Vietnam dan luar lainnya yang dijual di mal-mal. Seharusnya sedapat mungkin pemerintah mensyaratkan barang-barang yang dijual di dalam negeri adalah barang yang diproduksi di dalam negeri juga.
Liputan ini telah tayang di MNC News pada tanggal 23 Mei 2018 dan selengkapnya dapat dilihat di sini: