Oleh
Monalisa, S.E.I
Nilai rupiah melemah terhadap dolar. Bagi ahli-ahli ekonomi sebenarnya dapat cepat membaca situasi ini. Sebelumnya kita telah mengalami banyak hal dalam krisis dan seharusnya ini menjadi suatu pelajaran. Mari bersama berpikir terutama para ekonom-ekonom dan para cendikiawan. Bahwa diketahui Amerika yang memegang kekuasaan terhadap moneter dunia merupakan bukan contoh yang baik dalam perekonomian dunia. Amerika yang sebelumnya merupakan negara super power hanya mempunyai kekuatan militer yang siap menyerang negara dunia kedua dan ketiga bersama sekutunya. Tapi mari kita renungkan dan pikirkan bahwa di sisi itu kita mulai dari sekarang harus berdikari dalam ekonomi, politik. Kita terlalu lama dijajah yang disebut dengan imperialis. Bangsa ini sudah tua dan mengalami penyakit yang begitu kronis. Kita butuh obat herbal bahkan pengobatan alternatif. Tuhan yang memiliki alam semesta dan kehendak Dialah semuanya terjadi. Tetapi apakah sekuler mengakui ini?
Ekonomi itu dalam artian adalah di mana manusia bekerja dan melakukan kegiatan produksi, distribusi. dan kosumsi yang guna untuk memenuhi kebutahan hidup mereka. Nah, koridor dan batasanlah yang nantinya harus mereka perhatikan dalam melakukan tindakan ekonomi. Amerika sudah lama resesi tinggal menunggu terjadinya peluruhan. Bubble economy yang akan siap meledak dalam hitungan waktu di mana dalam perekonomiannya dan sistem kapitalisnya. Bukankah para ahli ekonomi sudah tahu itu.
Politik dan ekonomi adalah 2 hal yang saling berkaitan meskipun tujuannya berbeda, yaitu ekonomi tujuannya kesejahteraan dan politik tujuannya keadilan, makanya ada ilmu politik ekonomi dan keduanya saling berkaitan. Secara teori ekonomi naik turunnya harga diakibatnya pergeseran kurva suply (penawaran) dan demand (permintaan) artinya, jika permintaan barang banyak dan pasokan barang sedikit, maka akan terjadi kenaikan dan begitu pula sebaliknya jika pasokan banyak permintaan sedikit, maka harga turun dan tugas negara adalah menjaga stabilitas harga agar tetap stabil dengan menjamin pasokan barang dipasar. Jika pasokan barang sudah stabil tapi harga tetap tidak stabil berarti ada permainan atau kecurangan di pasar yang dilakukan pemilik modal besar agar mendapatkan keuntungan lebih dan itu bisa terjadi di pasar barang, modal, dan uang.
Dalam hal dolar lebih disebabkan politik pemegang kapital agar kebijakan moneter yang memicu suku bunga jadi naik. Kekuatan mata uang ditentukan oleh perekonomian suatu negara terutama produksi dan ekspor sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Kholdun yaitu kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyak uangnya di negara tersebut tetapi ditentukan oleh produksi di negara tersebut dan kemampuan untuk memperoleh neraca perdagangan positif dan menurut Ibnu Kholdun bahwa nilai uang suatu negara merefleksikan kemampuan produksi negara tersebut dan nilai uang antarnegara tergantung pada kemampuan memperoleh neraca perdagangan positif dan saat ini hampir semua negara berkembang lebih banyak sebagai konsumen bukan produsen. Dolar sebagai tolok ukur perekonomian karena hampir semua transaksi di dunia mengunakan standar dolar dan jika negara lain tidak menggunakan dolar, maka negara itu tidak diberi hutang bahkan akan dikucilkan di dunia internasional sebagaimana negara-negara yang sudah banyak terzalimi kemudian diperangi bahkan pemimpin dan negaranya dihancurkan dan semua itu adalah kebijakan politik yang dimulai oleh Richad Nixon presiden Amerika yang saat itu mengumumkan secara resmi penghentiaan sistem Bretton Woods yaitu pada 15 agustus 1971 dan sejak itu hingga sekarang sistem uang emas tidak lagi menjadi sistem moneter internasional dan dengan sistem itu dengan mudah Amerika dan negara-negara lain mencetak uang tanpa perlu lagi dijamin dengan komoditas yang bernilai (fiat money) dan secara politik pula yaitu ketika negara Islam di Turki hancur pada tahun 1924 yang disbeut dengan dinasti Turki Usmani, maka berakhir pula pengunaan dinar d dirham Islam dikalangan kaum muslimin. Negara Amerika terpuruk, resesi Dan lain-lain tapi karena banyak negara bergantung pada dolar, maka Amerika masih bisa untung dengan cara menjual dolar yang biaya cetaknya sangat murah dan Amerika dapat untung yang besar yaitu dari selisih biaya cetak dan nilainya.
Menurut ramalan Schumpeter yang menyimpulkan gerakan yang sia-sia ini seraya berkata “kapitalisme menciptakan suatu kerangka pikir rasional, setelah menghancurkan otritas moral begitu banyak institusi, yang pada gilirannya akan melawan miliknya sendiri” (The Future of Economics: An Islam Perspective, 2000: XVI). Kemudian pernyataan Thoman Friedman “serangan terhadap mereka yang akan membangun dunia pada basis satu dimensi, di mana perdagangan adalah segala-galanya, di mana hanya ada perhitungan finansial saja yang perlu, dengan mudah akan menemui serangan moral potensial terhadap globalisasi.” Sangat disayangkan atas berantaknya teori ekonomi. Membangun struktur yang baru atau menggunakan sistem lama dengan memilah-milah yang mana yang seharusnya digunakan dan mana yang tidak. Robert Heilbroner pun mengatakan “apakah ekonom mulai menyadari bahwa mereka sebenarnya telah membangun suatu menara di atas fondasi yang sempit. Perdebatan atas teori-teori, asumsi bahkan paradigma yang mendasar dalam ekonomi tengah menghadapi tantangan. Perdebatan tersebut memunculkan wacana bahwa perlunya perubahan dalam paradigma yang salah ini. Menurut Amitai Etzioni adalah paradigma neoklasik yang bersifat individualistis, rasionalistis, dan utilitarian yang telah berakar yang tidak hanya diterapkan di dunia ekonomi, melainkan juga kepada hubungan sosial.
Hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan sangat menentukan output di dunia. Ketika manusia mengabaikan hal tersebut, maka yang didapat adalah kesengsaraan, kemeranaan, kemelutan, kemiskinan, dan akhirnya menjadi kesia-siaan. Teori kekuatan ekonomi sesungguhnya ada pada kedua hubungan tersebut. Maqashid syariah terjaga atas kedua hubungan tersebut. Lalu teori besar apa yang sebenarnya di ekonomi? Teori tesebut adalah distribusi pendapatan dan kekayaan yang akan melahirkan teori flow concept. Teori ini begitu ajaibnya, sebagaimana lingkaran ataupun rantai makanan yang tak pernah putus. Di dalam teori flow concept akan dikenal dengan adanya distribusi kekayaan dan pendapatan yang disebut dalam ekonomi Islam adalah zakat, infaq, sedekah, wakaf. Yang paling mendasar dan paling umum adalah zakat yang berarti tumbuh. Zakat akan menumbuhkan perekonomian seseorang ataupun lembaga. Zakat akan menyucikan harta ataupun manusia itu sendiri. Kemudian dengan zakat dan turunannya akan memberikan dampak kepada perputaran uang ke sektor riil bisa saja pembangunan, modal kerja dan sektor produktif lainnya. Dengan kata lain akan memberikan kesempatan kerja, peluang usaha dan bisnis produktif sehingga perputaran uang akan seperti air dan bersifat timbal balik. Efek ini akan berimbas kepada pengurangan pengangguran, menurunkan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan sehingga pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Teori ini terus berulang sampai manusia terus menggunakan teori flow concept ini dengan semestinya dalam artian terus melakukan distribusi pendapatan kekayaan tersebut sebagaimana anjuran Islam. Ketika ada yang keluar dari rantai tersebut, inilah yang nantinya akan merusak sistem ekonomi, sosial yang menjadikan manusia egois, individualistis, rakus, tamak, iri, atau perbuatan menyimpang yang menyebabkan hancurnya hablumminannas dan hancur pula habulummiallah. Maqashid syariah pun tidak terpenuhi. Inilah yang terjadi pada saat kondisi sekarang. Di dalam teori ini ada nilai-nilai keadilan dan etika dalam berekonomi. Nilai-nilai inilah yang telah ditiadakan oleh kapitalis.
Kita sebagai manusia pun menyadari bahwa telah banyak terjadi kesalahan akibat masa lalu dan kebohongan sejarah. Jangan pernah lupakan sejarah, itu adalah kata-kata yang bijak untuk disimak oleh pemuda-pemuda di masa sekarang sebagai generasi penerus bangsa, pemimpin sekarang. Ekonomi kapitalis semakin menunjukkan kemandulannya yang berarti tidak dapat melahirkan suatu revolusi ekonomi ke tatanan yang lebih baik. Dapat kita bayangkan akibat dari salahnya di masa lalu, manusia melupakan bahwa pasar tradisonal adalah tempat yang paling cocok dalam budaya perdagangan dan kini kita tinggalkan akibat globalisasi, yakni pasar modern merajai dan memonopoli perdagangan. Transaksi secara riil pun menurun, di mana setiap orang menggunakan kartu debit, kredit, cek, giro dalam bertransaksi. Banyak hal yang harus diperbaiki. Belum lagi akibat kosumtif atas kebutuhan yang bergeser menjadi keinginan menjadikan manusia rakus akan kosumsi suatu barang tanpa memikirkan utility yang seharusnya atau kebutuhan yang semestinya sedangkan teori sosial seperti zakat,infak, sedekah, wakaf diabaikan. Nilai sosial, etika, moral telah turun merosot tajam.
Uang yang sebenarnya berfungsi sebagai alat transaksi kini pun telah beralih menjadi alat spekulasi yang menyebabkan hancurnya perekonomian, dan menimbunan harta yang menyebabkan seseorang enggan untuk memproduktifkan ke sektor riil padahal di sana akan lebih bermanfaat, bernilai sosial. Ini juga dipengaruhi faktor bunga. Kebijakan moneter dan fiskal yang notabenenya tidak pernah sejalan karena itulah produk kapitalis. Di satu sisi moneter mengatasi inflasi dan di satu sisi ingin mengurangi pengangguran. Jika seandainya terjadi inflasi atau mengurangi inflasi, maka suku bunga akan dinaikkan sehingga keinginan menabung akan meningkat yang pada akhirnya uang akan di stok dan keinginan investasi menurun akhirnya meningkatnya pengangguran. Dan sebaliknya untuk mengatasi pengangguran kebijakan fiskal adalah menaikkan pendapatan negara melalui pajak. Jika tidak ada sektor riil bahkan banyaknya pengangguran pendapatan fiskal akan menurun. Inilah produk kapitalis. Sengaja untuk membelokkan yang lurus.
Ekonomi, sosial, budaya, politik itu tidak dapat dipisahkan dan perlu kajian secara bersama-sama. Masa depan ilmu ekonomi akan dibayang-bayangi kesuraman jika tidak ada revolusi. Revolusi suatu negara, teori, paradigma harus dilakukan.
Tiap-tiap bangsa mempunyai arah yang ia menghadap kepada-Nya. Oleh karena itu, berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. ( Al-Baqarah: 148)
Mengutip filosofi dari Marshall Hodgson “Jika Islam dapat diperlihatkan mampu memberikan visi yang membuahkan dalam menerangi kesadaran modern, maka semua manusia, tidak hanya kaum muslimin, akan dapat memetik bagian dari hasil-hasilnya.”
Sedikit mengulas sejarah peradaban lalu di mana pada abad kejayaan Islam, Islam telah berkembang dengan pesat baik itu bidang ekonomi, politik, sosial, budaya. Tetapi semenjak merosotnya daulah Islam yang akhirnya mampu dikuasai asing dengan visi ekspansi mereka yakni menjajah negara-negara Islam dengan misi 3G (Gold, Glory, Gostopel) dengan kurun waktu yang cukup lama guna untuk memusnahkan suatu peradaban lama sampai terpuruk keadaan umat Islam. Revolusi Barat dalam kebangkitannya di ekonomi, politik, tetapi meninggalkan budaya dan sosial sehingga mereka tidak akan mampu bertahan lama. Mereka lupa kalau mereka meninggalkan nilai social dan budaya yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral dan etika yang disebut hablumminannas. Kemudian melupakan pula tauhid karena rasionalitas mereka menolak teori tersebut yang pada akhirnya beralih ke sekulerisme.Imperilaisme semakin digencarkan guna menguasai ekonomi, politik suatu negara baik itu negara berkembang maupun negara miskin.
Visi imperialis dengan misi-misinya yang ditunjukkan dengan wujud globalisasi menghancurkan peradaban manusia. Kini apa boleh dibuat nasi telah menjadi bubur, ekonomi dunia semakin terpuruk dan mengalami resesi hampir di setiap negara. Ini menunjukkan kehancuran kapitalis di ambang pintu. Kita harus menyelesaikan PR yang begitu besar ini bersama-sama, bekerja, bersatu, bersama melangkah untuk masa depan ekonomi bangsa bahkan dunia yang lebih baik.
——————————————————————————
Disclaimer :
Bahwa segala tulisan yang ada semata-mata hanya mencerminkan pemikiran penulis dan bukan pemikiran CISFED, CISFED tidak mengendorse ataupun bertanggung jawab atas kesalahan data atau informasi yang ada.