+6221–3503142 secretariat@cisfed.org

o-UK-ECONOMIC-GROWTH-facebook

HMINEWS.Com – Dari sekitar 58 juta masyarakat ekonomi mikro di Indonesia, sebagiannya sama sekali belum tersentuh lembaga keuangan. Padahal, dengan segala keterbatasannya, mereka merupakan golongan yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi dunia.

Kata CEO PT Permodalan BMT Ventura, Saat Suharto Amjad, hal itulah yang luput selama ini, permodalan masih banyak berputar di perkotaan. Sedangkan di pasar-pasar tradisional, yang sebagian besarnya pula masih berkubang dengan kekumuhan masih belum tersentuh lembaga keuangan dan kerap terperangkap jerat rentenir.

Lembaga-lembaga keuangan kerap mengabaikan mereka, padahal mereka cukup potensial. Menurut Saat Suharto Amjad, 40 persen dari para pelaku usaha mikro yang mayoritas perempuan tersebut merupakan lulusan SMA atau sederajat, bahkan 20 persennya adalah sarjana.

“Itu artinya potensi ekonomi mikro yang belum tergarap tersebut sangatlah luar biasa. Dan jangan pernah meremehkan mereka,” kata dia dalam Diskusi Center for Islamic Studies in Finance, Economics and Development (CISFED) di PERBANAS Institute, Jakarta, Sabtu (30/6/2012).

Untuk melayani segmen masyarakat usaha mikro tersebut, Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang berhimpun dalam Perhimpunan BMT menerapkan sistem ‘jemput bola.’ Petugaslah yang datang kepada masyarakat untuk mengajari budaya menabung, merencanakan keuangan dan bagi masyarakat yang telah siap menolong diri mereka sendiri bisa diberi modal pembiayaan usaha.

Kini, setelah terbukti mampu bertahan dari dua kali terpaan krisis ekonomi dunia, banyak bank yang melirik model keuangan mikro syariah tersebut. Tidak terkecuali bank-bank asing, meski mereka lebih rentan dibanding dengan BMT, sebab kurang mengakar dan modal yang bisa sewaktu-waktu ditarik ke kota.